Anak adalah keajaiban Tuhan, itulah yang terlintas di pikiranku bila teringat bagaimana dulu akhirnya kami memiliki anak. Kami menikah Desember 2012, keluarga begitu mengharapkan aku segera memiliki anak, sayangnya yang terjadi justru sebaliknya. Hampir setahun tidak ada tanda-tanda positif, kami pun ke dokter untuk melakukan pemeriksaan. Dokter menemukan ada yang janggal dengan salah satu indung telurku, ada semacam benda yang asing disana, dan ada cairan cukup banyak di rongga perut. Dokter menduga itu semacam kista atau miom, dia menyarankan pemeriksaan lanjutan. Entah, bagaimana perasaanku pada waktu itu, sedih, takut, bingung, memang selama ini jadwal tamu bulananku tidak teratur, tapi aku tidak pernah merasakan sakit seperti yang biasanya dirasakan orang yang memiliki kista atau miom.
Serangkaian pemeriksaan dilakukan, Dokter belum bisa memastikan benda asing apa itu, dan menyarankan untuk operasi. Kami sempat mencari opsi lain dengan berkonsultasi ke dokter lain, setelah serangkaian pemeriksaan di lokasi yang berbeda, kami mendapat saran yang sama yaitu operasi.
Baiklah, aku belum siap untuk ini, keuangan kami belum cukup, dan mentalku belum siap untuk menjalani operasi. Aku memilih untuk mengkonsumsi obat-obatan herbal, mulai dari gamat, spirulina, daun sirsak, hingga terakhir mencoba rutin mengkonsumsi propolis sehari dua kali. Aku hampir menangis bila ada yang menanyakan kenapa aku belum juga hamil, dan sedih sekaligus kesal bila ada yang bangga bercerita bila dia langsung hamil tidak lama setelah menikah dengan sedikit mencibirku yang tak kunjung punya anak. Rasanya muak, ingin rasanya marah dan menghardik, kenapa harus begitu sombongnya karena Tuhan memberinya kelebihan yang tidak ada padaku. Tapi aku memilih diam, dan menjadikan malam sebagai tempat curahan hatiku pada Tuhan.
Bersyukur, Tuhan memberikan jalan. Aku diterima kerja di salah satu perusahaan swasta. aku berniat untuk menabung lebih banyak agar bisa menjalankan program untuk memiliki anak, bahkan jika aku harus operasi, aku menyiapkan mental.
Tuhan tidak henti-hentinya memberi kebahagiaan padaku. Tiga bulan bekerja, atasanku memberi kesempatan untuk menjadi pegawai tetap sekaligus mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Aku sangat bersemangat. Bagaimana tidak?ini adalah impian karirku!Setiap ditanya target apa yang ingin aku capai, aku menjawab bahwa aku ingin memiliki jabatan di perusahaan, aku akan bekerja keras untuk mendapat posisi yang tinggi di perusahaan. Terdengar ambisius?memang. Aku pernah melakukan kesalahan karena terlalu sering bermain-main, hingga akhirnya menyesal. Aku tidak ingin mengulanginya lagi dan ini bisa jadi kesempatanku untuk mendapatkannya, aku tidak mau menyesal.
Aku pulang selepas magrib karena harus menjalani proses seleksi yang kedua. Saat akan shalat magrib ternyata aku mendapatkan flek. Aku mulai curiga karena sebelumnya aku juga sempat mengalami flek yang aku kira akan kedatangan tamu bulanan tapi ternyata tidak. Aku pernah membaca salah satu tanda kehamilan adalah mendapat flek. Akhirnya pulang kerja aku memutuskan mampir ke apotek untuk membeli TP. Aku mengabaikan prosedur pemakaian yang mengharuskan digunakan ketika bangun tidur. Dan hasilnya, dua garis, tapi yang satu samar. Aku menunjukkan hasil TP kepada suamiku, setengah tidak percaya tapi dia menunjukkan wajah bahagia, dia memelukku. Aku berkata padanya, jangan terlalu berharap dulu sebelum kita memastikannya ke dokter, aku benar-benar takut membuatnya kecewa.
Sabtu menjadi hari yang kami tunggu karena kami akan ke dokter untuk memastikan. Aku hampir menangis saat dokter menunjukkan kantong janin di rahimku. Aku lebih tidak percaya lagi setelah apa serangkaian vonis yang kulalui ternyata aku bisa hamil. Dokter memberiku vitamin dan penguat janin karena aku sempat mengalami flek, dia berpesan agar aku tidak terlalu capek karena khawatir kehamilanku lemah.
Seminggu setelah itu, aku memperoleh telepon dari HRD yang mengabarkan bahwa aku lolos untuk tahap berikutnya, ini sudah tahap yang ketiga. Di telepon dia menyebutkan berapa gaji yang akan kuterima bila aku lolos, tunjangan apa yang akan aku peroleh, dan itu semua benar-benar apa yang aku idam-idamkan. Bila lolos, Aku akan menjalani pendidikan selama setahun dan salah satu syarat bagi yang sudah menikah adalah tidak boleh hamil.
Tuhan memberikan aku rejeki yang tidak terduga secara bersamaan, impian karirku dan kehamilan. Sayangnya, aku tidak bisa mengambil keduanya. Aku harus merelakan salah satunya. Awalnya aku bertekad untuk tetap menjalani seleksi berikutnya karena aku tidak mau mengecewakan atasan yang telah begitu baik padaku. Mungkin karena stress, aku mengalami flek lagi, kali ini lebih banyak, suamiku langsung mengajakku ke dokter saat itu juga, dokter memberikan penguat dan menganjurkan untuk bedrest, padahal besok adalah hari dilaksanakannya seleksi berikutnya.
Pagi hari itu aku masih dilema, suamiku memintaku untuk tidak berangkat dan menghubungi atasanku untuk meminta ijin. Ini adalah kesempatanku, dan aku benar-benar takut mengecewakan atasan yang sudah begitu baik memberikan kesemapatan ini. Di lain pihak, aku takut janinku tidak bisa bertahan bila aku memaksakan untuk berangkat. Aku harus membuat keputusan, perusahaan akan baik-baik saja, mereka akan menemukan penggantiku dan kesempatan ini..ah, rejeki kita tidak pernah tau. Tetapi bagi anakku, aku adalah hidupnya, bila aku memaksa mungkin dia tidak akan bertahan dan tidak akan terlahir kedunia.
Aku memberanikan diri untuk menghubungi atasanku dan mengatakan bahwa aku tidak bisa datang, seperti dugaanku, dia marah dan merasa kecewa dia memintaku untuk tetap datang. Aku tetap bertahan, mengatakan bahwa aku tidak bisa datang. Aku mengatakan bahwa aku sakit. Aku belum bisa mengatakan bahwa aku hamil, Dari awal aku diterima kerja, atasanku sudah mewanti-wanti agar tidak hamil dulu paling tidak selama setahun. Waktu itu bagiku tidak masalah, toh kemungkinan aku untuk hamil juga kecil, karena penyakit yang didiagnosa dokter untukku. Hanya saja, ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain untukku, kita tidak pernah tau.
Setelah bedrest selama 2 hari, aku kembali masuk kantor dan langsung menghadap atasanku. Menyampaikan permohonan maaf, dan menceritakan perihal kehamilanku. Aku sudah siap untuk kemungkinan yang terburuk, terkena omelan dan diberhentikan. Alhamdulillah, atasanku waktu itu bisa mengerti, walaupun akhirnya aku harus mundur dalam proses seleksi tapi aku tetap bisa bekerja kembali.
Terkadang, Tuhan memberimu kesempatan hanya untuk mengatakan bahwa apapun mimpimu, kamu bisa memperolehnya atas ijin-KU. Bagiku anak adalah keajaiban Tuhan yang melebihi apapun. Bagaimana tidak?Doa anak yang sholeh akan menjadi salah satu ladang amal kita ketika kita di akherat nanti.
Saat ini aku menunda salah satu mimpiku untuk memiliki jabatan tinggi di perusahaan, tapi kita tidak pernah tau, mungkin besok?setahun?belasan tahun?apakah aku akan bisa kembali mewujudkan mimpiku itu atau tidak. Setidaknya salah satu mimpiku untuk memiliki anak adalah keajaiban dan anugerah terhebat yang diberikan Tuhan sekarang.
Bersyukur akan selalu membuat kita bahagia
Komentar
Posting Komentar